BERAPA LAMA SEBAIKNYA WAKTU YANG DIGUNAKAN UNTUK MENYAMPAIKAN KHOTBAH?
Jika masuk ke dalam gedung gereja, coba perhatikan, adakah jam dinding besar yang di pajang? Di mana posisi jam tersebut?
Pada umumnya, jam dinding dalam gedung gereja ditempatkan satu garis lurus berhadapan dengan mimbar, sehingga bisa dilihat dengan jelas oleh orang yang berdiri di atas mimbar.
Coba Anda bertanya kepada para pengurus gereja, mengapa jam tersebut dipasang dengan posisi demikian. Pasti jawabannya, supaya siapa pun yang berdiri di depan bisa mengontrol apa yang dikatakan/dilakukannya agar tidak terlalu lama, termasuk di antaranya adalah pengkhotbah.
Kita mungkin bisa membantah dengan mengatakan bahwa orang yang ke gereja harus fokus, menyediakan waktu untuk beribadah kepada Tuhan.
Pendapat itu tentu benar adanya. Tetapi mari kita mengingat-ingat khotbah-khotbah panjang yang pernah kita ikuti. Kebanyakan khotbah tersebut menjadi panjang, lama, dan bertele-tele karena:
- Terlalu banyak hal yang ingin disampaikan untuk satu kali khotbah.
- Pengkhotbah menggunakan ilustrasi / contoh terlalu banyak.
- Pengkhotbah keasyikan menceritakan pengalaman hidupnya atau pelayanannya sehingga lupa waktu.
Mengapa hal seperti ini bisa terjadi?
Pertama, Pengkhotbah tidak merumuskan tema khotbah secara spesifik. Kadang karena tema yang hendak diangkat menarik bagi Pengkhotbah, maka Pengkhotbah bisa terjebak oleh keinginan untuk menyampaikan semua yang dipikirkan berkaitan dengan tema tersebut, seolah-olah tidak akan ada kesempatan lain untuk mengkhotbahkan tema tersebut.
Kedua, hampir sama dengan yang pertama. Oleh sebab Pengkhotbah mendapatkan banyak referensi berupa ilustrasi/contoh berkaitan dengan tema, maka ilustrasi/contoh yang dianggap bagus tersebut rasanya rugi jika tidak disampaikan saat itu juga. Padahal jika tema dirumuskan dengan spesifik maka satu atau dua ilustrasi mestinya cukup.
Ketiga, ada Pengkhotbah yang senang “pamer” saat berkhotbah, alias selalu menjadikan diri, hidup, dan pelayanannya sebagai contoh yang baik dari Firman yang dikhotbahkan. Kesannya bukan lagi berkhotbah tentang Firman Tuhan melainkan bercerita tentang dirinya di atas mimbar. Pengkhotbah seperti ini seringkali keasyikan hingga lupa waktu, karena cerita tersebut sudah ada di benaknya, tidak tertulis, dan mengalir begitu saja.
Harus diakui, ada juga pengkhotbah yang khotbahnya panjang tetapi tidak membosankan dan sejak awal sampai akhir dan isinya bermutu.
Namun berapa banyak Pengkhotbah yang seperti itu?
Maka sebaiknya, berusahalah membatasi apa yang hendak disampaikan sehingga waktu yang digunakan pun tidak mubazir bagi jemaat.
Caranya:
- Fokuslah untuk menyampaikan Firman Tuhan dan bukan yang lain, sehingga Anda tidak terjebak untuk menyampaikn hal-hal tidak penting dan tidak terlalu berkaitan dengan isi khotbah Anda.
- Rumuskan tema khotbah secara spesifik. Ingat, pasti ada kesempatan lain lagi untuk berkhotbah. Sampaikan pikiran Anda yang lain sesuai tema pada kesempatan lain.
- Sebisa mungkin hindari untuk menjadikan diri, hidup, dan pelayan Anda sebagai contoh khotbah Anda. Selain bisa membuat Anda terjebak memborong waktu, juga bisa menimbulkan kesan Anda “pamer”. Tentu saja banyak hal dalam hidup dan pengalaman Anda yang menarik untuk menjadi contoh, tetapi gunakanlah secara bijaksana.
Lalu sebaiknya, berapa lama durasi penyampaian khotbah yang ideal?
Coba tanyakan pada jemaat, saya kira rata-rata mereka akan setuju: Khotbah sebaiknya tidak lebih dari 20 menit.
Sekian. Semoga bermanfaat! 😉
EM
Baca ebook berikut untuk mengembangkan kemampuan Anda menyusun dan menyampaikan khotbah.
Baca juga artikel berikut: